Pringsewu, Pandawa-lima.co.id
Keluarga pasien keluhkan buruknya pelayanan Rumah Sakit (RS) Ibu dan Anak (RSIA) Harapan Bunda yang berada di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, tepatnya dijalan KH.Dewantara Kelurahan Pringsewu Selatan Kecamatan Pringsewu dalam menangani dan memberikan pelayanan terhadap pasiennya.
Seperti yang dialami oleh pasien bernama Bian (balita berusia 9 bulan) adalah pasien mandiri yang dirawat dari hari Rabu hingga Sabtu (terhitung empat hari dirawat) namun tidak mendapatkan pelayanan secara baik. Hal itu di terangkan Dodi keluarga pasien, sabtu (2/3/2024) kemarin.
Diceritakan Dodi, setelah putrinya menjalani perawatan di RSIA Harapan Bunda, namun tidak ada tanda-tanda membaik, bahkan di hari ke-4 kondisi pernapasan pasien (Bian) sibalita tersebut semakin memburuk hingga sekujur tubuh membiru.
Dalam kondisi kritis tersebut kami (orang tua pasien) melapor ketenaga medis untuk meminta penanganan cepat, namun sangat disayangkan pada saat itu tenaga medis RSIA Harapan Bunda sangat lamban dan salah dalam mengambil tindakan hingga sekujur tubuh Bian membiru.
“Anak saya sudah sesak nafas parah, lapor perawat bukannya disiapkan oksigen malah mau di ukur suhu tubuh, sampai badanya membiru,” jelasnya.
Lebih mengecewakan lagi, lanjutnya, dalam kondisi tersebut tidak ada satupun dokter yang siaga ketika dikonfirmasi dibagian pelayanan”saya minta tolong panggilkan dokter, tapi kata perawat, dokternya gak ada, hampir sejam dokter dateng, itupun dokter umum IGD bukan spesialis anak,” jelas ibunya.
Karena melihat kondisi pasien yang semakin memburuk membuat keluarga memohon untuk dirujuk perawatan ke rumah sakit lain yang lebih profesional, karena kondisi anak sudah sangat menghawatirkan. Namun disayangkan petugas RSIA Harapan Bunda menolak bahkan terkesan menyulitkan dan lamban untuk memproses dengan beralasan menunggu keputusan dokter yang belum juga tiba.
Pada saat dokter IGD tiba, Dokter tersebut menjelaskan bahwa fasilitas oxygen dan infush harus dicabut dan tidak bisa dipinjamkan untuk perjalanan ke rumah sakit rujukan, karena statusnya harus pulang paksa, dokter menyatakan tidak bisa membuat rujukan.
“kata dr.Muliana Ratnasari, Infush dan oxygen harus dicabut, kalau ada apa-apa dijalan bukan tanggung jawab kami, karena SOP di seluruh rumah sakit seperti itu” jelas keluarga pasien.
Walaupun proses terealisasi dengan diskusi alot dari pihak keluarga pasien dengan manajemen rumah sakit, namum keluarga pasien sangat menyayangkan sikap dan pernyataan dr.Muliana Ratnasari yang tidak profesional seolah tidak punya rasa kemanusian terhadap seoarang balita, sedangkan saat itu kondisi pasien sangat mengkhawatirkan hingga membuat waktu terbuang lama, seakan nyawa balita tidak ada harganya.
Sementara hingga berita ini diterbitkan, pihak RSIA Harapan Bunda belum bisa dikonfirmasi saat media mendatangi pihak RS diruang kerjanya.