Jakarta, Pandawa-lima.co.id
Perkembang media sosial mulai membayang-banyangi eksistensi karya jurnalistik di republik ini. Bukan kiasan tetapi fakta, bagaimana tidak? Berbagai macam kasus yang seakan mustahil dituntaskan, ternyata tak mampu membendungi gejolak tekanan netizen di medsos.
“Contohnya seperti kasus rekayasa kematian Brigadir J oleh Ferdy Sambo Cs, kasus Maryo Dandi yang berimbas kepada keluarganya,” kata Koordinator Jurnalis dan Content Creator (JCCNetwork), Willibrodus Nafie, saat mengisi pelatihan jurnalistik bagi para pegawai perusahaan swasta di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2023).
Pada kesempatan yang sama, Willi Nafie, yang juga Direktur PT Jaringan Sejahtera Media itu, mengatakan, bagi orang-orang yang berbisnis tidak pernah terlepas dari pada serangan opini negatif. Baik lewat pemberitaan media maupun ocehan di media sosial.
Untuk itu, butuh adanya aksi dan reaksi dengan tepat dalam manajemen konflik. Mengingat, pola proses pendekatannya berorientasi pada komunikasi.
Agar komunikasinya berjalan efektif, salah satunya bisa lewat karya jurnalistik. Pasalnya, dalam carut marut konflik, media tak hanya memiliki peran dalam memberitakan fakta di lapangan, tetapi juga membangun narasi mengenai realita konflik.
Sebab dalam jurnalisme damai tidakĀ hanya fokus pada hal-hal yang faktual, tetapi juga memiliki misi kemanusiaan.
“Selain itu content creator. Jurnalis dari sisi pemberitaan secara komprehensif sesuai kaidah jurnalistik. Sedangkan content creator membuat konten yang nantinya bisa membentuk brand image dll,” kata Willi Nafie.